Dari Menara Batavia Bicara Ibukota Baru
2 min read
Jakarta sebagai ibukota saat ini dinilai terlalu berat menanggung beban permasalahan yang sulit diselesaikan. Dari satu gubernur ke gubernur lainnya, permasalahan seperti kemacetan, tingkat polusi yang tinggi, banjir hingga pemukiman kumuh belum tuntas ada solusinya. Apalagi, tahun 2030 nanti kota Jakarta diproyeksikan menjadi kota megà terbesar melebihi Tokyo.
Dalam acara Focus Discussion Group (FGD) dengan tema “Ibu Kota Baru Indonesia Maju” yang digelar Relawan Jokowi (ReJo) di menara Batavia, Jakarta Rabu (2/10/2019), Guru besar FEB Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Mudrajad Kuncoro mendukung keputusan Presiden Jokowi untuk memindahkan Ibu Kota ke Kalimantan Timur.
Baca juga : Mengenal Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara Calon Ibu Kota Baru
Ketua Umum RèJo, HM. Darmizal MS, sebagai penggagas FGD, mengundang beberapa tokoh nasional seperti, anggota Dewan Pertimbangan Presiden atau Watimpres Sidarto Danusubroto, Ketua Umum Partai Demokrat tahun 2001-2005 Prof Subur Budhisantoso, mantan Menakertrans Erman Soeparno dan owner Jababeka S.D. Darmono.
Sidarto Danusubroto yang membuka FGD menyampaikan, keputusan pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur adalah pengejawantahan dari pikiran pemimpin Indonesia terdahulu. Rencana pemindahan Ibu Kota sudah digemakan secara visioner oleh Presiden Soekarno, kemudian presiden Soeharto menggagas kawasan Jonggol sebagai alternatif.
“Namun belum sempat terlaksana berbagai kajian yang telah ada sebelumnya, oleh Presiden Jokowi disempurnakan kemudian ditetapkan sebagaimana yang telah disampaikan beliau beberapa waktu lalu,” ujar Sidarto.
Sidarto menambahkan pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur, diharapkan menjadi visi baru Indonesia, dengan konsep pembangunan yang holistik. Tidak lagi seperti hanya terkonsentrasi di pulau Jawa.
Dalam kesempatan yang sama, Prof Dr Mudrajad Kuncoro mengungkapkan, konsep pembangunan Ibu Kota baru akan berada di tengah kawasan hutan sehingga membuat kota dalam suasana hijau dan asri. “Bayangkan saja, di tengah-tengah hutan ada gedung-gedung bertingkat. Meskipun banyak gedung, namun kelestarian hutan dan ekosistem akan bisa tetap terjaga,” ujarnya.
Namun Mudrajad mendorong pemindahan Ibu Kota harus segera ditindak lanjuti dengan membuat masterplan dan grand design yang matang. “Saya mengusulkan grand design dan masterplan Ibu Kota nanti dapat menggunakan konsultan nasional atau lokal. Sebab, kita punya banyak konsultan Indonesia yang berkompeten,” ujar Mudrajad.
Sementara itu, Erman Soeparno meyakini, dalam pemindahan Ibu Kota pemerintah tentu sudah melakukan kajian mendalam dan berbagai pendekatan. “Saya yakin Presiden Jokowi dan pemerintah sudah melakukan berbagai pendekatan, seperti sosial budaya, ekonomi, lingkungan hidup dan lain-lain. Tinggal pendekatan politik yang perlu dikuatkan,” jelasnya.
S.D. Darmono kembali menegaskan, rencana Presiden Joko Widodo memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur merupakan ide yang brilian. Jika pihaknya diajak pemerintah untuk ikut mengembangkan ibu kota dan kota-kota baru lainnya nanti, Jababeka akan sangat bersedia melakukannya dengan modal pengalaman lebih dari 30 tahun mengembangkan kota-kota baru di Indonesia.
Baca juga: Founder Jababeka: Pemindahan Ibu Kota Ide Brilian Jokowi