Geplak Waluh Diolah Dengan Teknologi LP2M UNNES
2 min read
Waluh, jenis buah dari tanaman merambat yang dikenal dengan nama lain “labu kuning” biasa dibuat menjadi kolak waluh. Pertanian waluh terbesar di Jawa Tengah terdapat di lereng gunung Merbabu, atau daerah wisata Kopeng yang ditanam dengan cara tumpangsari saat nanam sengon dan tembakau oleh para petani setempat.
Oleh sepasang suami isteri, Slamet dan Nanik, waluh yang biasa dijual di pasar dengan harga Rp 3.000,- hingga Rp 4.000,- per kg diolahnya menjadi 9 jenis makanan camilan dan sirup yang diilhami ketika Slamet membuat skripsi berjudul: “Teori Pembuatan Geplak Waluh” hingga dipraktekkan sendiri yang mencoba membuat geplak waluh berkembang ke jenis produk waluh lainnya.
Perjuangan untuk berkembang dan membangun pasar serta para pelanggan, cukup melalui ikut dalam event dan pameran UMKM hingga geplak waluh bermerk “Bu Nanik” semakin menyebar luas dikenal di kalangan kampus maupun di pemerintahan yang ditangkap pula oleh LP2M (Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat) yang diketuai Drs. Sunyoto, MSi dosen UNNES.
UNNES akhirnya menerjunkan LP2M diketuai Sunyoto dibantu Dwi Saputro ST, MT untuk membuatkan mesin pengaduk khusus dalam pembuatan geplak waluh yang hanya butuh waktu 4,5 jam atau waktu lebih efesien, higienis yang hasilnya lebih berkualitas.
UNNES melalui program pengembangan unggulan daerah setelah melihat potensi besar dari hasil pertanian, perkebunan dan wisata Desa Getasan, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan hasil panen waluh melimpah tetapi petani tidak bisa menjualnya. Hingga LP2M UNNES lakukan observasi ke lapangan hingga menemukan produsen geplak waluh sepasang suami-istri (Slamet/Nanik) yang mengolah waluh di atas wajan besar di atas tungku/kompor dengan diaduk memakai tangan yang butuh waktu hingga 6 jam yang terkadang hasilnya sebagian gosong.
Aneka olahan waluh ini bisa ditemui di rumah produksi Dusun Getasan Desa Getasan yang tepatnya gang masuk dekat Kompleks Pasar Getasan di jalur menuju wisata Kopeng (Salatiga – Kabupaten Magelang). Juga bisa dijumpai di Pusat Oleh Oleh di Bandungan, Salatiga, Ambarawa, Ungaran dan Kota Semarang yang rata-rata pernah bungkus dari Rp 12,500,- hingga Rp 25.000,-.
Produk olahan waluh “Bu NANIK” sudah memiliki ijin PIRT dan bersertifikat Halal seperti: geplak waluh, stik waluh, egg roll waluh, wingko waluh, antari waluh dan sirup waluh akan dikembangkan UNNES membuat produk tambahan seperti cendol waluh dan ice cream dengan peralatan yang dibuat LP2M UNNES.
Selain itu, UNNES tidak hanya membatu mesin hasil teknologi tinggi juga membantu dalam hal pemasaran dan manajemen pengelolaan agar mereka memahami pembukuan dan hasil keuntungan yang didapatnya sehingga mampu mengevaluasi perkembangan dan kemajuan usahanya. (Sriyanto)