Pos-pos Terbaru

Desember 2, 2023

WARTAKADIN

Kabupaten Bekasi

Jawa Barat Dominasi Hari Ke-5 Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2019

2 min read

Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2019 merupakan penyelenggaraan yang ke 6 kalinya. Saat ini sudah masuk pada Top 99. Pada hari ke lima (8/7/2019) mempresentasikan 10 inovasi dari berbagai pemerintah kota dan kabupaten. Dari wilayah Jawa Barat mendominasi wawancara, yakni dari Pemprov Jawa Barat, Pemkot Cimahi, Pemkab Bogor, serta Pemkab Bandung yang dipresentasikan pada sesi ke dua.

Diawali dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mempresentasikan inovasi Sistem Informasi Peta Peruntukan Lahan Perkebunan (Si Perut Laper). Inovasi yang dikembangkan pada tanggal 13 Agustus 2016 ini, adalah suatu inovasi tentang arahan pemanfaatan peruntukan lahan untuk kebutuhan lahan budidaya komoditas perkebunan melalui analisis tumpang tindih peta.

Ridwan Kamil mengatakan, aspek peta itu meliputi topografi, jenis tanah, geologi, dan klimatologi, yang dipadukan dengan standar kesesuaian lahan berbagai komoditas perkebunan, sehingga menghasilkan suatu informasi tentang arahan pemanfaatan lahan untuk komoditas perkebunan tertentu.

“Inovasi ini diciptakan sejalan dengan banyaknya pertanyaan di kalangan petani perkebunan maupun masyarakat umum, yaitu tentang pilihan komoditas perkebunan apa yang paling cocok untuk dibudidayakan pada kondisi lahan miliknya masing-masing,” jelas Ridwan Kamil.

Berikutnya adalah inovasi dari Pemkab Bandung, yakni Pangulinan Cacah Menak – Taman Edukasi Lalulintas Sabilulungan (Pacantells). Pacantells adalah nama taman edukasi lalu lintas yang dikembangkan Dishub Kabupaten Bandung. Bupati Bandung Dadang M. Naser mengatakan, di taman ini, masyarakat bisa belajar mengenai aturan di jalan raya. Edukasi ini tentu untuk menekan angka kecelakaan, terutama untuk anak yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Setelah Pemkab Bandung, giliran Pemkot Cimahi menampilkan inovasi Gastrodiplomasi Cirendeu. “Ini merupakan inovasi pemanfaatan kearifan lokal warga adat Cireundeu yang selama 100 tahun secara konsisten tidak memakan nasi dari beras melainkan rasi yang terbuat dari singkong dengan kandungan sianida yang tinggi,” ujar Wali Kota Cimahi Ajay Muhammad Priyatna di hadapan para Tim Panel Independen.

Walaupun bahan mentahnya beracun, warga adat Cireundeu mampu menghasilkan pangan yang aman, berserat tinggi, bergizi, rendah kadar gula, dan beragam. Dalam praktik pertaniannya, warga Cireundeu memperlakukan alam secara bijak.

Kerjasama dan komunikasi yang intensif dilakukan dengan pengurus adat sehingga 60 warga bersedia untuk terlibat dalam menyediakan bahan rasi bagi tamu/wisatawan. Juga dilakukan pembinaan kepada 15 warga yang bersedia rumahnya dijadikan penginapan dan anak-anak yang tertarik untuk berkesenian dan melestarikan permainan tradisional. “Sejak dimulainya program ini, terjadi peningkatan pengunjung secara signifikan sebesar 33 persen per bulannya,” jelas Ajay.

Selanjutnya adalah Pemkab Bogor dengan inovasi Si Dalimu Daliya, yakni inovasi berbasis teknologi informasi yang dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan Kendali Mutu dan Kendali Biaya. Inovasi ini diciptakan oleh RSUD Ciawi untuk melakukan pemantauan mutu dan biaya selama pasien dalam masa perawatan maupun untuk kepentingan evaluasi ketepatan pemberian layanan medis pasca-perawatan pasien.

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *