Selain kecemasan dan masalah kepercayaan diri, media sosial juga bisa berperan dalam meningkatnya tingkat depresi di kalangan remaja. Depresi yang disebabkan atau diperparah oleh penggunaan media sosial merupakan fenomena yang semakin sering ditemukan oleh para psikolog dan ahli kesehatan mental. Salah satu penyebab utamanya adalah eksposur berlebihan terhadap konten yang memicu perasaan negatif.
Salah satu contohnya adalah cyberbullying, yang semakin marak terjadi di media sosial. Banyak remaja yang menjadi korban perundungan online karena mereka dianggap berbeda atau tidak sesuai dengan norma yang ada di platform tersebut. Perundungan yang terus menerus, meskipun hanya berupa komentar atau pesan negatif, bisa merusak kesehatan mental remaja. Mereka merasa tidak aman bahkan di ruang digital, yang seharusnya menjadi tempat berinteraksi dan berekspresi.
Selain itu, banyak remaja yang mulai merasa terisolasi karena media sosial. Meskipun platform-platform tersebut dirancang untuk menghubungkan orang, kenyataannya tidak selalu demikian. Banyak remaja yang merasa semakin kesepian karena perasaan bahwa hubungan yang mereka miliki di media sosial bersifat dangkal dan tidak autentik. Mereka mungkin memiliki banyak teman online, tapi tidak merasakan kedekatan yang nyata.
Perasaan tidak berharga dan kesepian ini bisa berujung pada depresi yang lebih dalam, terutama jika tidak ada dukungan dari keluarga atau teman-teman terdekat. Remaja yang terjebak dalam siklus ini bisa sulit untuk meminta bantuan karena mereka merasa bahwa dunia maya sudah mengambil alih kehidupan mereka.
Penting untuk diingat bahwa media sosial bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan depresi. Namun, penggunaannya yang berlebihan dan tanpa pengawasan bisa memperparah kondisi mental yang sudah rentan. Untuk itu, diperlukan pendekatan holistik untuk membantu remaja keluar dari lingkaran ini. Orang tua dan pendidik perlu berperan aktif dalam memantau penggunaan media sosial dan memberikan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan perasaan mereka di dunia nyata, tanpa takut dihakimi atau diabaikan.