Nelayan Gempolsewu Rowosari Kendal, Rindukan Jembatan Penyeberangan Kalikuto
2 min read
Kendal, wartakadin. Kondisi cuaca saat ini tidak menguntungkan bagi nelayan untuk mencari ikan dilaut,. Karena saat menghadapi cuaca buruk, bisa saja nelayan sudah bersusah payah di laut, tetapi tidak memperoleh ikan seperti yang diharapkannya. Atau terkadang malah merugi karena biaya yang dikeluarkannya tak sebanding dengan hasil tangkapan.
Demikian pula yang dihadapi para nelayan desa Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Jawa Tengah yang sebagian besar bermukim di sebelah barat sungai yang bernama Kalikuto terdapat 5 dukuh dan dihuni sekitar 3000 KK berada di dukuh Randusari, dukuh Saribaru, dukuh Rejosari, dukuh Bulusan dan dukuh Tawanglaut.
Oleh Kepala Desa Gempolsewu Carmadi diceritakan, nelayan disitu dahulu hidupnya sangat sederhana. Mereka hanya mengandalkan dari hasil tangkapan ikan dilaut saja.
Melihat nasib nelayan seperti itu, Pemerintah akhirnya turun tangan untuk mengangkat kehidupan mereka kearah lebih baik. Melalui program pelatihan pengolahan ikan dan peningkatan SDM Nelayan dari Dinas Perikanan Dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Kendal, sekarang nelayan Desa Gempolsewu bisa memproduksi berbagai jenis olahan ikan.
Dan untuk membangun usaha, mereka harus memiliki badan hukum. Istri-istri nelayan yang dulu hanya bisa menjual ikan dari tangkapan suaminya kini mereka membentuk kelompok pengolahan dan pemasaran (Poklahsar) namanya Poklahsar Mandiri. Dalam satu desa ada sebanyak 10 Poklahsar.
Masing-masing Poklahsar memproduksi jenis olahan yang berbeda satu dengan lainnya. Dan jenis produksi itu antara lain : kerupuk telur asin, kerupuk cumi, rengginang cumi, rengginang rebon, rengginang teri. Abon ikan tongkol, srondeng ikan tongkol, naget ikan blida, pepes ikan blida, bakso ikan blida. Ikan krispi, trasi bubuk kemasan siap saji. Trasi mentah higienes. Sambel kemasan botol, lele kemasan, ikan asin kemasan packing. Empek-empek kue rangin. Kue wingko, bolu ikan. Jus jagung manggis.
Dan akan ditambah jenis produk baru.
Pemasaran yang sudah mulai berkembang, mereka jual di lapak-lapak disekitar TPI desa Gempolsewu. Dimana para pembeli ikan melalui lelang itu juga membeli produk olahan Poklahsar.
Poklahsar biasanya berjualan pada sore hari. Dan pada hari Sabtu dan Minggu mereka berjualan dari pagi hingga sore hari karena di hari itu TPI sedang ramai-ramainya pembeli ikan hasil tangkapan para nelayan.
Selain dijual di lokalan, ternyata ada pula pembeli berasal dari Taiwan yang mengetahuinya dari media sosial. Karena sistem pemasaran pun juga menggunakan online. Sedangkan pengiriman barang bisa lewat pesawat, atau mereka datang sendiri.
Saat ini Poklahsar desa Gempolsewu sudah memiliki gedung sendiri untuk menampung produk selain untuk berbagai kegiatan Poklahsar yang dibangunkan dari anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.
Sekarang, desa Gempolsewu menjadi andalah Pemerintah Kecamatan Rowosari, selain menonjol dibidang ekonomi juga dalam mengolah sampah yang mendaur ulang jadi produk produk yang laku dijual. Dimana, desa Rowosari adalah tempat berkumpulnya sampah dari hulu (atas).
Tetapi sarana tranportasi untuk menuju ke 5 dukuh itu harus menyeberang Kalikuto yang saat ini dengan memakai perahu. Dimana oleh keterbatasan perahu yang ada, para penyeberang harus antri. Bagi para pegawai atau anak sekolah sering terlambat sampai di tempat kerja atau sekolah.
Untuk itu Kepala Desa Gempolsewu Carmadi melalui wartakadin.com menyampaikan usulan, agar Pemerintah Kabupaten Kendal atau Provinsi Jawa Tengah, keluarkan anggaran untuk membangunkan jembatan sepanjang 100 meter sesuai dengan lebar sungai 90 meter ditambah bantaran sungai kanan kiri 10 meter.
Harapannya, dengan adanya jembatan yang permanen, selain untuk kelancaran arus lalu lintas, juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa Gempolsewu dan meningkatkan gairah masyarakat setempat dalam aktivitas kesehariannya. (Sriyanto)