Sinergi Indonesia-Jepang Bangun Kapasitas Sektor Manufaktur
2 min read
Pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama yang komprehensif dalam upaya pengembangan di sektor industri manufaktur. Langkah strategis ini dinilai akan mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Kolaborasi bilateral ini dituangkan melalui penandatanganan framework document antara Menperin RI Airlangga Hartarto didampingi Mendag RI Enggartiasto Lukito dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Hiroshige Seko di Osaka, Jepang, Kamis (27/6/2019).
Sinergi ini merupakan implementasi dari proyek The New Manufacturing Industry Development Center (NewMIDEC) di bawah kerangka kerja sama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Adanya kerja sama NewMIDEC ini bisa mengkompensasikan defisit perdagangan Indonesia & Jepang dalam bentuk capacity building yang sifatnya dasar untuk sektor manufaktur. Misal, kapasitas untuk teknik pengelasan/skill lainnya yang terkait di industri otomotif.
Kegiatan NewMIDEC meliputi enam sektor, yaitu industri otomotif, elektronik, tekstil, makanan minuman, kimia serta logam. Selain itu juga terdapat tujuh lintas sektor, yaitu metal working, mold & dies (tooling), welding, SME development, export and investment promotion, .green industry (energy, waste, emission), serta industry 4.0 (digitalization, automation, policy reforms).
Melalui kerja sama ini, Menperin optimitistis, akan terjadi peningkatan penanaman modal oleh para investor Jepang yang dibenamkan di Indonesia. Contohnya, Toyota akan mengembangkan kendaraan berbasis listrik khususnya hybrid di Indonesia.
Menperin menambahkan, dalam menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-Negara Group 20 (G-20) di Osaka, pihaknya bertemu dengan sejumlah CEO dari perusahaan-perusahaan ternama di Jepang. Mereka mengharapkan iklim investasi di Indonesia semakin baik, yang di antaranya terkait dengan jaminan ketersediaan bahan baku serta didukungnya infrastruktur yang memadai seperti listrik dan pelabuhan agar menjadi kekuatan untuk meningkatkan daya saing sebuah industri.
Dalam kesempatan itu, Menteri Seko menyampaikan, salah satu kebijakan otomotif ke depan yang penting adalah pengembangan kendaraan berbasis baterai atau listrik. Sejauh ini, Jepang telah melakukan kebijakan yang paralel untuk basis elektrik (EV) dan hybrid.